Memberdayakan Penggunaan Bahasa Daerah Melalui Budaya Literasi Digital

Authors

  • I Gusti Made Widya Sena Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Keywords:

Pemberdayaan, Bahasa Daerah; Literasi Digital

Abstract

Hingga saat ini peran bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia di bumi. Selain digunakan sebagai media pengantar komunikasi sosial dan kontrol sosial, bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan diri. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting bagi masyarakat sebagai alat untuk komunikasi, sosialisasi dan pemersatu bangsa. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah bahasa daerah terbanyak di dunia. Menurut situs wikipedia.org, Indonesia memiliki 748 bahasa daerah yang sebagian besar masyarakat menggunakannya sebagai bahasa Ibu. Semakin ke arah timur maka jumlah bahasa daerahnya akan semakin banyak. Ini mengapa Indonesia adalah negara yang kaya tidak hanya diukur dari kekayaan sumber daya alamnya saja melainkan juga kekayaan ragam bahasa dan tradisi yang berbalut indah dalam negara kesatuan.

Pulau Bali sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki bahasa Bali yang hingga kini masih eksis dalam penggunaan komunikasi sosial didalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja peran bahasa Bali sebagai bahasa ibu perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan digantikan oleh bahasa dan budaya modern yang menjadikan bahasa Bali dan bahasa daerah lainnya mengalami penurunan penggunaannya dari hari ke hari. Kondisi ini sangat ironis karena perlahan tapi pasti penggunaan bahasa dan budaya modern sudah terlihat di hampir setiap kehidupan lapisan masyarakat. Dulu, mulai dari muda hingga tua masyarakat Bali bangga menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi sosial, kini yang terjadi malah kelihatan sebaliknya masyarakat tampaknya lebih senang berlomba-lomba menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar komunikasi sosial dan alat ekspresi dirinya.

Rasa kepemilikan dan kebanggaan yang diperoleh dengan menggunakan bahasa ibu telah tergantikan dengan rasa penghargaan dari lingkungan sekitar dengan menggunakan bahasa asing, ini tentunya akan sangat berdampak pada kurang minatnya masyarakat dan generasi penerus terhadap penggunaan berbagai bahasa daerah yang suatu saat pelestarian bahasa daerah akan tinggal menjadi sebuah kenangan dan angan-angan belaka. Bahasa daerah dan teknologi informasi harus dipandang sebagai dua unsur utama yang bersinergi, mutualisme dan saling mendukung antara satu dengan lainnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa daerah akan memberi manfaat sebagai jiwa teknologi dan teknologi akan menguatkan peran bahasa dalam persaingan global. Untuk itulah upaya pelestarian bahasa daerah melalui penggunaan media teknologi dan informasi dapat dikedepankan sebagai langkah awal dalam memberdayakan bahasa daerah demi terwujudnya komunikasi yang efektif, kreatif dan mampu memberikan feedback yang cepat demi terciptanya kehidupan yang harmonis.

References

Ariyanti, Desi. 2019. Be a Smart With Smartphone (Bukan Sekedar Selfie). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Koltay, Tibor. 2011. The Media and literacies: media literacy, information literacy, digital literacy. Journal Media, Culture & Society, 33, 211-221.
Kurnia, Novi dkk. 2019. Literasi Digital Keluarga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Padmadewi Ni Nyoman & Luh Putu Artini. 2018. Literasi Di Sekolah, dari Teori ke Praktek. Bali: Nilacakra.
Zein, Mohammad Fadhillah. 2019. Panduan Menggunakan Media Sosial Untuk Generasi Emas Millenial. Jakarta.

Downloads

Published

2019-12-01