IMPLEMENTASI WAWASAN KEBANGSAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA MULTIKULTUR PADA SEKOLAH DASAR INTERNASIONAL MONTESSORI
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi wawasan kebangsaan di lingkungan SD Internasional Montessori. SD Internasional Montessori berada di wilayah Kerobokan, Bali yang merupakan kawasan padat wisata, sehingga menjadi tempat tinggal bagi banyak warga negara asing (WNA). Siswa yang ada di SD Internasional Montessori adalah siswa multikultur yang berasal dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda. Adapun hal-hal yang ingin diteliti secara mendalam pada penelitian ini adalah (1) Latarbelakang ditanamkannya pendidikan tentang wawasan kebangsaan di SD Internasional Montessori, (2) Implementasi wawasan kebangsaan dalam membentuk karakter siswa multikultur di SD Internasional Montessori, (3) Faktor yang menghambat dan solusi dalam implementasi wawasan kebangsaan dalam membentuk karakter siswa multikultur di SD Internasional Montessori.
Penelitian ini didesain dalam kerangka kualitatif serta teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, studi dokumen, dan kepustakaan. Data dianalisis dengan teknik tringulasi data untuk mendapatkan data yang sahih dan valid. Teori yang digunakan sebagai piasu pembedah rumusan masalah terdiri dari teori fungsionalisme sruktural, teori belajar behavioristik Thorndike, teori kesulitan belajar, teori belajar konstruktivisme, dan teori karakter. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) latar belakang penanaman wawasan kebangsaan yakni aturan yang diterapkan oleh kemendikbud untuk penyesuaian kurikulum bagi sekolah Internasional yang memuat mata pelajaran pengembang wawasan kebangsaan, serta memberikan pengetahuan kepada siswa asing mengenai cinta tanah air. (2) Implementasi wawasan kebangsaan di SD Internasional Montessori dilakukan dalam empat bidang, yaitu bidang politik, sosial budaya, bidang kurikulum, serta dalam kegiatan belajar mengajar. (3) Faktor penghambat implementasi tersebut adalah program pengembangan wawasan kebangsaan tidak menjadi program wajib, sehingga tidak semua siswa WNA mengikuti kegiatan dimaksud. Tidak semua orang tua siswa memberikan kesempatan mengikuti program tersebut karena terdapat anggapan jika mengikuti program tersebut siswa WNA digiring menjadi WNI utamanya terjadi pada warga hasil kawin campur. (4) Solusi yang dapat dilakukan untuk mengtaasi hambatan tersebut adalah dengan membuat program rutin berupa pertemuan dengan orang tua murid untuk memberikan informasi mengenai pentingnya program pengembangan wawasan kebangsaan pada siswa asing.